M A K A
L A H
TAHAP-TAHAP INTERAKSI EDUKATIF
Dosen Pengampu :
Drs.
Jaino, M.Pd
Di Susun Oleh :
Yoseph. Krey (1401512026)
Sri Lestari M.
Sughiarti (1401512018)
Pendidikan
Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Interaksi
yang berlangsung dalam kehidupan di sekitar manusia dapat diubah menjadi
interaksi yang bernilai edukatif. Interaksi yang dapat disebut interaksi
edukatif apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik dan untuk
mengantarkan anak didik kea rah kedewasaannya.
Dalam
hal ini yang menjadi pokok adalah maksud dan tujuan berlangsungnya interaksi
tersebut, karena kegiatan interaksi itu memang direncanakan atau disengaja.
Kesadaran dan kesenjangan melibatkan diri dalam proses pembelajaran pada diri
siswa dan guru akan dapat memunculkan berbagai interaksi belajar.
Belajar
mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif, yang artinya didalam
prosesnya anak didik berpegang pada ukuran, norma dan nilai yang diyakininya.
Setiap interaksi belajar mengajar pasti bertujuan. Tujuan ini menentukan cara
dan bentuk interaksi. Dalam mengajar terjadi suatu proses menguji strategi dan
rencana yang memungkinkan timbulnya perbuatan belajar pada siswa .
Interaksi
edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah
pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang
bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam
ikatan tujuan pendidikan. Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan
aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan
pendidikan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Jelaskan pengertian dari interaksi edukatif?
2.
Bagaimana tahap-tahap dalam interaksi edukatif?
3.
Sebutkan faktor-faktor dalam interaksi edukatif?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui pengertian interaksi edukatif.
2.
Memahami tahapan dalam interaksi edukatif .
3.
Mengetahui faktor-faktor dalam interaksi
edukatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN INTERAKSI EDUKATIF
Interaksi edukatif berasal dari dua
kata yaitu interaksi dan edukatif
yang artinya mempunyai pendidikan. Jadi yang dimaksud interaksi edukatif
adalah komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang
lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai
pengertian bersama yang kemudian untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan
belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
yang artinya mempunyai pendidikan. Jadi yang dimaksud interaksi edukatif
adalah komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang
lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai
pengertian bersama yang kemudian untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan
belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan
untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenarnya
komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah
mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan
belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Proses interaksi edukatif adalah
suatu proses yang mengandung
sejumlah norma, semua norma itulah yang harus guru transfer kepada anak
didik. Interaksi yang berlangsung di sekitar kehidupan manusia dapat
diubah menjadi interaksi edukatif yakni interaksi yang dengan sadar
meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seorang, interaksi yang bernilai pendidikan ini dalam dunia pendidikan disebut sebagai
interaksi edukatif.
sejumlah norma, semua norma itulah yang harus guru transfer kepada anak
didik. Interaksi yang berlangsung di sekitar kehidupan manusia dapat
diubah menjadi interaksi edukatif yakni interaksi yang dengan sadar
meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seorang, interaksi yang bernilai pendidikan ini dalam dunia pendidikan disebut sebagai
interaksi edukatif.
Interaksi
yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai
tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya.
Kegiatan komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakiki dalam
kehidupannya.
Kalau
dihubungkan dengan istilah interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal
balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung
maksud-maksud tertentu, tidak semua bentuk dan kegiatan interaksi dalam suatu
kehidupan berlangsung dalam suasana interaksi edukatif, yang didesain untuk
suatu tujuan tertentu. Demikian juga tentunya hubungan antara guru dan siswa,
anak buah dengan pimpinannya, antara buruh dengan pimpinannya serta lain-lain.
Interaksi edukatif dapat berlangsung
di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Interaksi edukatif harus menggambarkan
hubungan aktif dua arah dengan sejumlah mediumnya, sehingga interaksi itu
merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif
harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa
interaksi edukatif adalah
hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma
sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan
hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma
sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan
B.
TAHAP-TAHAP INTERAKSI EDUKATIF
R.D. Conners, mengidentifikasikan
tugas mengajar guru yang bersifat suksesif menjadi tiga tahap. Tahap-tahap
tersebut adalah tahap sebelum pangajaran (pre-active), tahap pengajaran
(inter-active), dan tahap sesudah pengajaran (post-active).
1. Tahap sebelum pengajaran
Dalam tahap ini guru harus menyusun program tahunan
pelaksanaan kurikulum, program semester atau catur wulan, program satuan
pelajaran, dan perancanaan program pembelajaran. Dalam merencanakan
program-program tersebut diatas perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang
berkaitan dengan:
a)
Bekal
bawaan anak didik
Bekal bawaan anak didik sebagai bahan apersepsi anak
didik perlu guru perhatikan. Guru menyadari bahwa setiap anak didik membawa
bahan apersepsi yang berbeda-beda. Bahan yang dipersiapkan guru harus tidak
jauh dari pengalaman dan pengetahuan yang anak didik punyai.paling tidak masih
berhubungan, sehingga anak didik mudah menyerap penjelasan yang diberikan guru
dikelas.
b)
Perumusan
tujuan pembelajaran
Perumusan tujuan pembelajaran mutlak guru lakukan.
Tuyjuan pembelajaran memberikan arah yang jelas kemana kegiatan inetraksi
edukatif dibawa. Di dalam tujuan pembelajaran tersimpan sejumlah norma, seperti
norma susila, norma sosial, norma hukum, norma agama dan norma moral. Selain
itu juga bertumpu pada tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah apektif dan ranah
psikomotor.
c)
Pemilihan
metode
Metode adalah cara atau siasat yang dipergunakan dalam
pengajaran. Sebagai strategi, metode ikut mempelancar kearah pencapaian tujuan
pembelajaran. Peranan metode ini akan nyata bila guru memilih metode yang
sesuai dengan tingkat kemampuan yang hendak dicapai oleh tujuan pembelajaran.
Banyak faktor yang harus diketahui untuk mendapatkan
pemilihan metode yang akurat, seperti faktor guru sendiri, sifat bahan
pelajaran, fasilitas, jumlah anak didik di kelas, tujuan dan sebagainya.
d)
Pemilihan
pengalaman-pengalaman pembelajaran
Pengalaman belajar apa yang harus diberikan kepada
anak didik, adalah suatu hal yang perlu dapat perhatian guru. Guru tidak
dibenarkan memberikan pengalaman yang negatif keaanak didik. Karena semua itu
akan berkesan pada jiwa anak didik.
e)
Pemilihan
bahan dan peralatan belajar
Bahan adalah isi atau meteri yang akan disampaikan
kepada anak didik dalam interaksi edukatif. Bahan yang akan di berikan kepada
anak didik harus diseleksi. Bahan apa yang akan diterima peserta didik harus
disesuaikan dengan tingkat penguasaan nya, bukan memberikan bahan pelajaran
yang sukar diterima dan dicerna oleh anak didik.
Peralatan belajar juga harus dipilih oleh guru sebelum
pengajaran. Peralatan pelajaran dalam hal ini seperti alat bantu atau alat
material, buku paket untuk guru, buku paket untuk anak didik , tape recorder,
OHP, poster, tustel, foto, grafik, radio, dan sebagainya.
f)
Jumlah
anak didik di kelas akan mempengaruhi suasana kelas
Semakin
banyak jumlah anak didik semakin mudah terjadi konflik. Kehidupan anak didik
lebih dinamis. Anak didik lebih mudah memilih teman yang disukainya.
Sebalikanya, dengan anak didik dengan jumlah yang lebih sedikit lebih mudah
mengendalikan kelas bila terjadi kasus keributan. Mengelola kelas pun lebih
mudah dari pada jumlah anak didik yang banyak.
2. Tahap Pengajaran
Pada tahap ini berlangsung interaksi atara guru dengan
anak didik, anak didik dengan anak didik, anak didik dalam kelompok atau anak
didik secara individual. Tahap ini merupakan tahap pelaksanna apa yang telah
direncanakan.
Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
tahap pelajaran ini antara lain:
1. Pengelolaan dan pengendalian
kelas
2. Penyampaian informasi
3. Penggunaan tingkah laku verbal
dan non verbal
4. Merangsang tanggapan balik dari
anak didik
5. Mempertimbangkan prinsip-prinsip
belajar
6. Mengdiagnosis kesulitan belajar
7. Mempertimbangkan perbedaan
individual
8. Mengevalusi kegiatan interaksi
3. Tahap
Sesudah Pengajaran
Tahap ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah
pertemuan tatap muka dengan anak didik.
Beberapa perbuatan guru yang tampak pada tahap sesudan
pelajaran, antara lain:
1. Menilai pekerjaan anak didik
2. Menilai pengajaran guru
3. Membuat perencanaan untuk
pertemuan berikutnya
C. FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI EDUKATIF
Ada beberapa faktor yang mendasari
terjadinya interaksi edukatif, di antaranya:
a)
Faktor Tujuan.
Dalam tujuan pendidikan atau pengajaran yang bersifat umum atau khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis, yaitu:
1. Tujuan Kognitif, yaitu tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengatahuan.
2. Tujuan Afektif, yaitu tuuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai dan alasan.
3. Tujuan Psikomotoric, yaitu tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan berbuat yang menggunakan telinga, tangan , mata, alat indra dan sebagainya.
4. Faktor Bahan/materi/isi, yaitu bahan atau materi pengajaran harus tersusun dengan baik sehingga dapat mempermudah anak didik mempelajarinya selain itu dapat memberikan gambaran yang jelas sebagai petunjuk dalam menetapkan metode pengajaran. Dalam menentukan materi harus didasarkan pada upaya pemenuhan tujuan pengajaran dengan begitu, pertimbangan penetapan metode atas dasar maeri tidak akan jauh berbeda hasilnya dengan dasar pertimbangan tujuan.
Dalam tujuan pendidikan atau pengajaran yang bersifat umum atau khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis, yaitu:
1. Tujuan Kognitif, yaitu tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengatahuan.
2. Tujuan Afektif, yaitu tuuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai dan alasan.
3. Tujuan Psikomotoric, yaitu tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan berbuat yang menggunakan telinga, tangan , mata, alat indra dan sebagainya.
4. Faktor Bahan/materi/isi, yaitu bahan atau materi pengajaran harus tersusun dengan baik sehingga dapat mempermudah anak didik mempelajarinya selain itu dapat memberikan gambaran yang jelas sebagai petunjuk dalam menetapkan metode pengajaran. Dalam menentukan materi harus didasarkan pada upaya pemenuhan tujuan pengajaran dengan begitu, pertimbangan penetapan metode atas dasar maeri tidak akan jauh berbeda hasilnya dengan dasar pertimbangan tujuan.
b)
Faktor guru dan peserta didik.
Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pengajaran guru sebagai pihak yang berinisiatif awal untuk menyelenggarakan pengajaran sedangkan peserta didik sebagai pihak yang mendapatkan manfaat dari proses pengajaran.
Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pengajaran guru sebagai pihak yang berinisiatif awal untuk menyelenggarakan pengajaran sedangkan peserta didik sebagai pihak yang mendapatkan manfaat dari proses pengajaran.
Ada beberapa bidang yang dapat
menunjang proses profesionalitas kerja guru, ialah:
1. Guru harus mengenal peserta didik.
2. Guru harus memiliki kecakapan memberi bimbingan.
3. Guru harus memiliki dasar yang luas tentang tujuan pendidikan atau pengajaran.
4. Guru harus memiliki pengetahuan yang dalam tentang ilmu yang diajarkan.
Adapun bagi peserta didik ada beberapa hal yang pelu diperhatikan, yaitu:
1. Peserta didik harus mendahulukan kesucian jiwa. Al-ghazali pernah berkata mendahulukan kesucian jiwa dari kerendahan akhlak dan sifat-sifat peserta didik.
2. Peserta didik harus rajin untuk menuntut ilmu, bersedia untuk mencurahkan tenaga, jiwa dan pikiran serta minat dalam berkonsentrasi pada ilmu yag di pelajarinya.
3. Tidak sombong atas ilmu yang di perolehnya.
4. Peserta didik harus mengetahui kedudukan ilmu yang dipelajarinya.
1. Guru harus mengenal peserta didik.
2. Guru harus memiliki kecakapan memberi bimbingan.
3. Guru harus memiliki dasar yang luas tentang tujuan pendidikan atau pengajaran.
4. Guru harus memiliki pengetahuan yang dalam tentang ilmu yang diajarkan.
Adapun bagi peserta didik ada beberapa hal yang pelu diperhatikan, yaitu:
1. Peserta didik harus mendahulukan kesucian jiwa. Al-ghazali pernah berkata mendahulukan kesucian jiwa dari kerendahan akhlak dan sifat-sifat peserta didik.
2. Peserta didik harus rajin untuk menuntut ilmu, bersedia untuk mencurahkan tenaga, jiwa dan pikiran serta minat dalam berkonsentrasi pada ilmu yag di pelajarinya.
3. Tidak sombong atas ilmu yang di perolehnya.
4. Peserta didik harus mengetahui kedudukan ilmu yang dipelajarinya.
c)
Faktor metode
Metode suatu cara kerja yang sistematik dan umum, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Semakin baik suatu metode semakin baik dan efektif dalam mencapai tujuan.
Metode suatu cara kerja yang sistematik dan umum, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Semakin baik suatu metode semakin baik dan efektif dalam mencapai tujuan.
d)
Faktor situasi
Yang di sebut situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran termasuk di sini adalah keadaan peserta didik keadaaan cuaca, keadaan guru dan keadaan kelas di antara keadaan tersebut ada yang dapat di perhitungkan dan ada yang tidak dapat di perhitungkan terhadap situasi yang dapat di perhitungkan guru dapat menyediakan alternatif metode-metode mengajar menurut perhitungan perubahan situasi. Adapun situasi yang tidak dapat di perhitungkan yang di sebabkan oleh perubahan yang mendadak atau tiba-tiba di perlukan kecekatan dalam mengambil keputusan terhadap metode yang di gunakan.
Yang di sebut situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran termasuk di sini adalah keadaan peserta didik keadaaan cuaca, keadaan guru dan keadaan kelas di antara keadaan tersebut ada yang dapat di perhitungkan dan ada yang tidak dapat di perhitungkan terhadap situasi yang dapat di perhitungkan guru dapat menyediakan alternatif metode-metode mengajar menurut perhitungan perubahan situasi. Adapun situasi yang tidak dapat di perhitungkan yang di sebabkan oleh perubahan yang mendadak atau tiba-tiba di perlukan kecekatan dalam mengambil keputusan terhadap metode yang di gunakan.
e)
Faktor sumber pelajaran.
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Interaksi edukatif tidaklah berproses dalam kehampaan, tetapi ia berproses dalam kemaknaan. Di dalamnya ada sejumlah nilai yang di sampaikan kepada anak didik . Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi di ambil dari berbagai sumber guna di pakai dalam proses interaksi edukatif.
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Interaksi edukatif tidaklah berproses dalam kehampaan, tetapi ia berproses dalam kemaknaan. Di dalamnya ada sejumlah nilai yang di sampaikan kepada anak didik . Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi di ambil dari berbagai sumber guna di pakai dalam proses interaksi edukatif.
f)
Faktor alat dan peralatan.
Alat dan peralatan adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Alat tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi juga sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan.
Alat dapat di bagi menjadi dua yaitu :
1. Alat Non material, yang terdiri dari suruhan, perintah, larangan, nasihat dan sebagainya.
2. Alat material, yang dapat berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan, slide dan sebagainya.
Alat dan peralatan adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Alat tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi juga sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan.
Alat dapat di bagi menjadi dua yaitu :
1. Alat Non material, yang terdiri dari suruhan, perintah, larangan, nasihat dan sebagainya.
2. Alat material, yang dapat berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan, slide dan sebagainya.
g)
Faktor evaluasi.
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang di lakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Evaluasi dapat di lakukan oleh guru dengan memakai seperangkat istrumen penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan.
Tujuan evaluasi sendiri untuk :
1. Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Memungkinkan guru menilai aktifitas/pengalaman yang di dapat dan menilai metode mengajar yang di pergunakan.
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang di lakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Evaluasi dapat di lakukan oleh guru dengan memakai seperangkat istrumen penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan.
Tujuan evaluasi sendiri untuk :
1. Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Memungkinkan guru menilai aktifitas/pengalaman yang di dapat dan menilai metode mengajar yang di pergunakan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Istilah interaksi
pada dasarnya menekankan pada hubungan timbal balik antara orang satu dengan
orang lainnya. Sebagai makhluk sosial, kecenderungan manusia untuk berhubungan
dengan yang lain melahirkan komunikasi dua arah, baik melalui bahasa atau
perbuatan karena ada aksi maka reaksi pun terjadi dan inilah unsur yang
membentuk interaksi.
Namun perlu di pahami bahwa tidak semua interaksi dapat di katakan dengan interaksi edukatif atau interaksi pendidikan. Oleh karena itu, yang di maksud dengan interaksi edukatif di sini adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran.
Namun perlu di pahami bahwa tidak semua interaksi dapat di katakan dengan interaksi edukatif atau interaksi pendidikan. Oleh karena itu, yang di maksud dengan interaksi edukatif di sini adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran.
Tahap – tahap
interaksi edukatif diantaranya yaitu tahap sebelum pengajaran, tahap pengajaran
dan tahap sesudah pengajaran.
B.
Saran
Suatu model
pembelajaran yang bertujuan agar siswa berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran sangatlah baik namun yang terpenting haruslah guru sebagai
pendidik sekaligus pengajar harus dapat menggunakan berbagai teknik, strategi
dan model pembelajaran interaktif yang sesuai dengan minat siswa. Selain itu
guru juga harus pandai menggunakan model interaktif yang cocok dengan materi
yang akan diajarakan, tujuan dari pembelajaran dan memahami karakter siswa agar
mudah untuk mengarahkan siswa.
Mungkin
dengan pembahasan masalah diatas mengenai interaksi edukatif dapat sebagai
panduan bagi guru bagaimana memilik metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi, situasi dan kondisi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah,Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: UNS Press
Djamarah, Syaiful
Bahri, Drs.2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta :
PT. Rineka Cipta
Hasibuan,J.J. Drs.,
Dip. Ed. Drs. Moedjiono.1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja
Rosdakarya Offset.
Wingkel.2004.Bimbingan
dan Konseling di Institusi Pendidikan.Jakarta:PT Gramedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar