.mobile-link-button { background-color: $(link.color); } .mobile-link-button a:link, .mobile-link-button a:visited { color: $(mobile.button.color); } .mobile .tabs-inner .section:first-child { border-top: none; } .mobile .tabs-inner .PageList .widget-content { background-color: $(tabs.selected.background.color); color: $(tabs.selected.text.color); border-top: $(tabs.border.width) solid $(tabs.border.color); border-bottom: $(tabs.border.width) solid $(tabs.border.color); } .mobile .tabs-inner .PageList .widget-content .pagelist-arrow { border-$startSide: 1px solid $(tabs.border.color); }

Selasa, 14 Mei 2013

TAHAP-TAHAP INTERAKSI EDUKATIF



M A K A L A H

TAHAP-TAHAP INTERAKSI EDUKATIF

Description: Logo-Unnes-Warna.gif

Dosen Pengampu :
Drs. Jaino, M.Pd

Di Susun Oleh :
Yoseph.  Krey                        (1401512026)
Sri Lestari M. Sughiarti        (1401512018)


Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
2013






BAB I

PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG

Interaksi yang berlangsung dalam kehidupan di sekitar manusia dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai edukatif. Interaksi yang dapat disebut interaksi edukatif apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik dan untuk mengantarkan anak didik kea rah kedewasaannya.

Dalam hal ini yang menjadi pokok adalah maksud dan tujuan berlangsungnya interaksi tersebut, karena kegiatan interaksi itu memang direncanakan atau disengaja. Kesadaran dan kesenjangan melibatkan diri dalam proses pembelajaran pada diri siswa dan guru akan dapat memunculkan berbagai interaksi belajar.

Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai normatif, yang artinya didalam prosesnya anak didik berpegang pada ukuran, norma dan nilai yang diyakininya. Setiap interaksi belajar mengajar pasti bertujuan. Tujuan ini menentukan cara dan bentuk interaksi. Dalam mengajar terjadi suatu proses menguji strategi dan rencana yang memungkinkan timbulnya perbuatan belajar pada siswa .

Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.






B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Jelaskan pengertian dari interaksi edukatif?
2.      Bagaimana tahap-tahap dalam interaksi edukatif?
3.      Sebutkan faktor-faktor dalam interaksi edukatif?

C.     TUJUAN
1.      Mengetahui pengertian interaksi edukatif.
2.      Memahami tahapan dalam interaksi edukatif .
3.      Mengetahui faktor-faktor dalam interaksi edukatif.

























BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN INTERAKSI EDUKATIF

Interaksi edukatif berasal dari dua kata yaitu interaksi dan edukatif
yang artinya mempunyai pendidikan. Jadi yang dimaksud interaksi edukatif
adalah komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang
lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai
pengertian bersama yang kemudian untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan
belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).

Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).

Proses interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung
sejumlah norma, semua norma itulah yang harus guru transfer kepada anak
didik. Interaksi yang berlangsung di sekitar kehidupan manusia dapat
diubah menjadi interaksi edukatif yakni interaksi yang dengan sadar
meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seorang, interaksi yang bernilai pendidikan ini dalam dunia pendidikan disebut sebagai
interaksi edukatif.

Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya. Kegiatan komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakiki dalam kehidupannya.


Kalau dihubungkan dengan istilah interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, tidak semua bentuk dan kegiatan interaksi dalam suatu kehidupan berlangsung dalam suasana interaksi edukatif, yang didesain untuk suatu tujuan tertentu. Demikian juga tentunya hubungan antara guru dan siswa, anak buah dengan pimpinannya, antara buruh dengan pimpinannya serta lain-lain.

Interaksi edukatif dapat berlangsung di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa interaksi edukatif adalah
hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma
sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan




B.     TAHAP-TAHAP INTERAKSI EDUKATIF

R.D. Conners, mengidentifikasikan tugas mengajar guru yang bersifat suksesif menjadi tiga tahap. Tahap-tahap tersebut adalah tahap sebelum pangajaran (pre-active), tahap pengajaran (inter-active), dan tahap sesudah pengajaran (post-active).

1.      Tahap sebelum pengajaran
Dalam tahap ini guru harus menyusun program tahunan pelaksanaan kurikulum, program semester atau catur wulan, program satuan pelajaran, dan perancanaan program pembelajaran. Dalam merencanakan program-program tersebut diatas perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan:



a)      Bekal bawaan anak didik
Bekal bawaan anak didik sebagai bahan apersepsi anak didik perlu guru perhatikan. Guru menyadari bahwa setiap anak didik membawa bahan apersepsi yang berbeda-beda. Bahan yang dipersiapkan guru harus tidak jauh dari pengalaman dan pengetahuan yang anak didik punyai.paling tidak masih berhubungan, sehingga anak didik mudah menyerap penjelasan yang diberikan guru dikelas.

b)      Perumusan tujuan pembelajaran
Perumusan tujuan pembelajaran mutlak guru lakukan. Tuyjuan pembelajaran memberikan arah yang jelas kemana kegiatan inetraksi edukatif dibawa. Di dalam tujuan pembelajaran tersimpan sejumlah norma, seperti norma susila, norma sosial, norma hukum, norma agama dan norma moral. Selain itu juga bertumpu pada tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah apektif dan ranah psikomotor.

c)      Pemilihan metode
Metode adalah cara atau siasat yang dipergunakan dalam pengajaran. Sebagai strategi, metode ikut mempelancar kearah pencapaian tujuan pembelajaran. Peranan metode ini akan nyata bila guru memilih metode yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang hendak dicapai oleh tujuan pembelajaran.
Banyak faktor yang harus diketahui untuk mendapatkan pemilihan metode yang akurat, seperti faktor guru sendiri, sifat bahan pelajaran, fasilitas, jumlah anak didik di kelas, tujuan dan sebagainya.

d)     Pemilihan pengalaman-pengalaman pembelajaran
Pengalaman belajar  apa yang harus diberikan kepada anak didik, adalah suatu hal yang perlu dapat perhatian guru. Guru tidak dibenarkan memberikan pengalaman yang negatif keaanak didik. Karena semua itu akan berkesan pada jiwa anak didik.




e)      Pemilihan bahan dan peralatan belajar
Bahan adalah isi atau meteri yang akan disampaikan kepada anak didik dalam interaksi edukatif. Bahan yang akan di berikan kepada anak didik harus diseleksi. Bahan apa yang akan diterima peserta didik harus disesuaikan dengan tingkat penguasaan nya, bukan memberikan bahan pelajaran yang sukar diterima dan dicerna oleh anak didik.
Peralatan belajar juga harus dipilih oleh guru sebelum pengajaran. Peralatan pelajaran dalam hal ini seperti alat bantu atau alat material, buku paket untuk guru, buku paket untuk anak didik , tape recorder, OHP, poster, tustel, foto, grafik, radio, dan sebagainya.

f)       Jumlah anak didik di kelas akan mempengaruhi suasana kelas
Semakin banyak jumlah anak didik semakin mudah terjadi konflik. Kehidupan anak didik lebih dinamis. Anak didik lebih mudah memilih teman yang disukainya. Sebalikanya, dengan anak didik dengan jumlah yang lebih sedikit lebih mudah mengendalikan kelas bila terjadi kasus keributan. Mengelola kelas pun lebih mudah dari pada jumlah anak didik yang banyak.


2.      Tahap Pengajaran
Pada tahap ini berlangsung interaksi atara guru dengan anak didik, anak didik dengan anak didik, anak didik dalam kelompok atau anak didik secara individual. Tahap ini merupakan tahap pelaksanna apa yang telah direncanakan.
Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam tahap pelajaran ini antara lain:
1.   Pengelolaan dan pengendalian kelas
2.   Penyampaian informasi
3.   Penggunaan tingkah laku verbal dan non verbal
4.   Merangsang tanggapan balik dari anak didik
5.   Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar
6.   Mengdiagnosis kesulitan belajar
7.   Mempertimbangkan perbedaan individual
8.    Mengevalusi kegiatan interaksi

3.      Tahap Sesudah Pengajaran
Tahap ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah pertemuan tatap muka dengan anak didik.
Beberapa perbuatan guru yang tampak pada tahap sesudan pelajaran, antara lain:
1.   Menilai pekerjaan anak didik
2.   Menilai pengajaran guru
3.   Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya


C.    FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI EDUKATIF

Ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya interaksi edukatif, di antaranya:
a)      Faktor Tujuan.
Dalam tujuan pendidikan atau pengajaran yang bersifat umum atau khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis, yaitu:
1. Tujuan Kognitif, yaitu tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengatahuan.
2. Tujuan Afektif, yaitu tuuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai dan alasan.
3. Tujuan Psikomotoric, yaitu tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan berbuat yang menggunakan telinga, tangan , mata, alat indra dan sebagainya.
4. Faktor Bahan/materi/isi, yaitu bahan atau materi pengajaran harus tersusun dengan baik sehingga dapat mempermudah anak didik mempelajarinya selain itu dapat memberikan gambaran yang jelas sebagai petunjuk dalam menetapkan metode pengajaran. Dalam menentukan materi harus didasarkan pada upaya pemenuhan tujuan pengajaran dengan begitu, pertimbangan penetapan metode atas dasar maeri tidak akan jauh berbeda hasilnya dengan dasar pertimbangan tujuan.

b)      Faktor guru dan peserta didik.
Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pengajaran guru sebagai pihak yang berinisiatif awal untuk menyelenggarakan pengajaran sedangkan peserta didik sebagai pihak yang mendapatkan manfaat dari proses pengajaran.

Ada beberapa bidang yang dapat menunjang proses profesionalitas kerja guru, ialah:
1. Guru harus mengenal peserta didik.
2. Guru harus memiliki kecakapan memberi bimbingan.
3. Guru harus memiliki dasar yang luas tentang tujuan pendidikan atau pengajaran.
4. Guru harus memiliki pengetahuan yang dalam tentang ilmu yang diajarkan.
Adapun bagi peserta didik ada beberapa hal yang pelu diperhatikan, yaitu:
1. Peserta didik harus mendahulukan kesucian jiwa. Al-ghazali pernah berkata mendahulukan kesucian jiwa dari kerendahan akhlak dan sifat-sifat peserta didik.
2. Peserta didik harus rajin untuk menuntut ilmu, bersedia untuk mencurahkan tenaga, jiwa dan pikiran serta minat dalam berkonsentrasi pada ilmu yag di pelajarinya.
3. Tidak sombong atas ilmu yang di perolehnya.
4. Peserta didik harus mengetahui kedudukan ilmu yang dipelajarinya.

c)      Faktor  metode
Metode suatu cara kerja yang sistematik dan umum, yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Semakin baik suatu metode semakin baik dan efektif dalam mencapai tujuan.

d)     Faktor situasi
Yang di sebut situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran termasuk di sini adalah keadaan peserta didik keadaaan cuaca, keadaan guru dan keadaan kelas di antara keadaan tersebut ada yang dapat di perhitungkan dan ada yang tidak dapat di perhitungkan terhadap situasi yang dapat di perhitungkan guru dapat menyediakan alternatif metode-metode mengajar menurut perhitungan perubahan situasi. Adapun situasi yang tidak dapat di perhitungkan yang di sebabkan oleh perubahan yang mendadak atau tiba-tiba di perlukan kecekatan dalam mengambil keputusan terhadap metode yang di gunakan.




e)      Faktor sumber pelajaran.
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Interaksi edukatif tidaklah berproses dalam kehampaan, tetapi ia berproses dalam kemaknaan. Di dalamnya ada sejumlah nilai yang di sampaikan kepada anak didik . Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi di ambil dari berbagai sumber guna di pakai dalam proses interaksi edukatif.

f)       Faktor alat dan peralatan.
Alat dan peralatan adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Alat tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi juga sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan.
Alat dapat di bagi menjadi dua yaitu :
1. Alat Non material, yang terdiri dari suruhan, perintah, larangan, nasihat dan sebagainya.
2. Alat material, yang dapat berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan, slide dan sebagainya.

g)      Faktor evaluasi.
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang di lakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Evaluasi dapat di lakukan oleh guru dengan memakai seperangkat istrumen penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan.
Tujuan evaluasi sendiri untuk :
1. Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Memungkinkan guru menilai aktifitas/pengalaman yang di dapat dan menilai metode mengajar yang di pergunakan.




BAB III
PENUTUP


A.    Simpulan
Istilah interaksi pada dasarnya menekankan pada hubungan timbal balik antara orang satu dengan orang lainnya. Sebagai makhluk sosial, kecenderungan manusia untuk berhubungan dengan yang lain melahirkan komunikasi dua arah, baik melalui bahasa atau perbuatan karena ada aksi maka reaksi pun terjadi dan inilah unsur yang membentuk interaksi.
Namun perlu di pahami bahwa tidak semua interaksi dapat di katakan dengan interaksi edukatif atau interaksi pendidikan. Oleh karena itu, yang di maksud dengan interaksi edukatif di sini adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran.
Tahap – tahap interaksi edukatif diantaranya yaitu tahap sebelum pengajaran, tahap pengajaran dan tahap sesudah pengajaran.

B.     Saran
Suatu model pembelajaran yang bertujuan agar siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran sangatlah baik namun yang terpenting haruslah guru sebagai pendidik sekaligus pengajar harus dapat menggunakan berbagai teknik, strategi dan model pembelajaran interaktif yang sesuai dengan minat siswa. Selain itu guru juga harus pandai menggunakan model interaktif yang cocok dengan materi yang akan diajarakan, tujuan dari pembelajaran dan memahami karakter siswa agar mudah untuk mengarahkan siswa.
Mungkin dengan pembahasan masalah diatas mengenai interaksi edukatif dapat sebagai panduan bagi guru bagaimana memilik metode pembelajaran yang sesuai dengan materi, situasi dan kondisi siswa.






DAFTAR PUSTAKA

Anitah,Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: UNS Press
Djamarah, Syaiful Bahri, Drs.2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Hasibuan,J.J. Drs., Dip. Ed. Drs. Moedjiono.1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya Offset.
Wingkel.2004.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.Jakarta:PT Gramedia